Kab, Wartatasik.com – Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peternak , Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai salah satu program Global Wakaf membangun Lumbung Ternak Wakaf (LTW) yang berlokasi di Kedusunan Cintabodas Desa Cintabodas Kecamatan Culamega Kab Tasikmalaya.
Setelah beberapa tahun berdiri, keberadaan LTW Cintabodas baru di Launching, pada Rabu (11/12/2019) oleh Ahyudin Dewan Pembina ACT, sekaligus Penasehat GIP (Global Islamic Phylantrophy).
Keberadaan LTW Cintabodas seakan membawa angin segar perubahan bagi warga sekitar, yang tadinya hanya bekerja serabutan.
Seperti yang diceritakan Holis Suharsa (52). Ia mengaku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan bekerja serabutan. Namun setelah bekerja di LTW, akhirnya bisa memperbaiki kehidupan.
“Alhamdulillah, dengan kehadiran LTW Global Wakaf dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) merubah segalanya,” ungkapnya.
Holis bersama dengan 13 rekan lainnya, dipercaya mengelola blok 3 yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi ternak sebanyak 1.111 ekor.
“Karena diantara rekan lainnya saya yang paling tua, kami ditunjuk sebagai ketua atau koordinator di blok ini,” ujarnya.
Luas total lahan LTW Cintabodas ini, sekitar dua hektar yang terdiri dari enam blok. Adapun untuk memberi pakan 5.000 ternak tidak kurang per harinya menghabiskan dua ton seratus konsentrat dan 9 ton pakan hijau.
Ditempat sama, Ahyudin Dewan Pembina ACT sekaligus GIP menyebutkan, ikhwal diberi nama lumbung ternak wakaf bermakna jika lumbung itu artinya pusat, ternak itu peternakan ciri khas indonesia.
“Apa bangganya Indonesia kalau peternakan tidak hebat, sebab negara agararis itu salah satunya adalah peternakan,” paparnya.
Dijelaskan Ahyudin, kebetulan ACT ini menggunakan dana wakaf untuk memodali peternakan, ia pun menggerakan donasi masyarakat untuk membuat lumbung-lumbung ternak, makanya diberi nama lumbung ternak wakaf.
“Saya terus terang saja ingin mengembalikan kejayaan agraris Indonesia, mengembalikan ketahananan pangan Indonesia. Dan salah satu ketahanan pangan itu adalah ternak, kita bahagia kalau seluruh Indonesia punya ternak,” jelasnya.
Masih dituturkan Ahyudin, ternaknya itu cuma 5000 ekor dan satu desa dengan penduduk 5 ribu ekor itu minimal harus ada 25 ribu pembibitan.
“Nah sekarang baru 5.000, mudah- mudahan sampai 25 ribu saya genjot dalam waktu 2 tahun, kalau itu berhasil jadi desa ternak mandiri dengan pangan ternak,” ucapnya.
Perlu diketahui, dibalik peternakan itu dari satu ekor kambing menghasilkan kotoran sehari setengah kilo. Kalau ada 10 ribu atau 20 ribu kambing lanjutnya, perhari itu berati dua ribu lima ratus kotoran, untuk apa kotoran itu? untuk pupuk sawah terbaik di desa ini.
“Berawal dari lumbung ternak wakaf ini, munculah di desa ini petani sayur-sayuran, kemudian sawah-sawah bangkit kembali,” imbuhnya.
Menurut Ahyudin, pakan ternak terbaik bukan cuma rumput, tapi juga deudeuk padi, makanya harus ada heler padi di sini. Ia pun ingin menginspirasi bangsa ini untuk kembali ke pangan agar menjadi sesuatu dibanggakan dari bangsa ini.
“Kita lumbung ternak ini sudah ada di Sumbawa, Kab Tasikmalaya, Blora, Aceh. Seperti apa lumbung ternak ini menjadi banyak, tergantung dukungan modal dari wakaf yang masuk itu,” jelasnya.
Sebab lumbung ternak wakaf itu adalah target solusi kemiskinan, maka harus ada pekerja yang masih kerja di sini, tetapi tetap bernilai ekonomi.
Apalagi di Tasikmalaya lumbung ternak sudah punya 73 orang pekerja dengan upah di atas UMR Tasikmalaya dan banyak yang melamar kerja mencapai ratusan orang.
“Jadi menurut saya buka lapangan pekerjaan di desa-desa berbasis pangan, mari membangun korporasi pangan berbasis desa-desa ini,” ungkapnya.
Daerah Culamega Kab Tasikmalaya sengaja dipilih karena harga domba murah dan bagaimana pun Jawa Barat ini tetap pusatnya domba. Blade.