Kab, Wartatasik.com – Menjadi seorang guru bukanlah profesi semata, namun sebuah panggilan hidup yang dijalani Agus taryono (39). Selama 5 tahun dia mengabdikan diri menjadi tenaga pengajar tanpa keluh kesah, kendati menyimpan sedikit asa agar dapat diangkat menjadi seorang PNS.
Agus merupakan penyandang disabilitas atau difabel yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama islam (SMPI) Nurul Anwar Kp Cikepeul Desa Jayaratu Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dengan keterbasan fisik, dia mendidik para siswa-siswi dalam mempersiapkan masa depan mereka melalui bekal ilmu dan pendidikan. Setiap harinya, Agus Taryono datang ke sekolah untuk mengajar dengan memegang dua tongkat yang menjadi kaki ketiganya. Meski sulit, semua pekerjaan dijalaninya dengan ikhlas.
“Saya senang dan bangga dapat mengabdikan diri menjadi seorang guru. Meski gaji guru honorer kecil, hal ini tak menyurutkan semangat untuk mencerdaskan anak bangsa yaitu para anak didik,” ungkapnya, Rabu (25/11/2020).
Karena itu, selain mengajar, Agus juga mengandalkan kemahirannya memperbaiki servis Hp sebagai tambahan pendapatan menyambung hidupnya.
“Selain mengajar, saya juga buka jasa service perbaikan Hp. Alhamdulillah, insyaallah untuk kebutuhan sehari-hari sampai saat ini bisa terpenuhi,” ujarnya.
Dia mengenang, pertama kali mengajar menjadi guru pada tahun 2015 silam. Ketika itu, gaji yang diterimanya sebesar Rp 300.000/bulan. Uang itu bahkan tak cukup untuk biaya hidupnya. Namun dia tak menyerah dan terus menjalani panggilan hidupnya sepenuh hati.
Bukan tanpa usaha untuk dapat diangkat menjadi PNS. Agus mengaku ingin mencoba mengikuti tes CPNS namun gagal dengan persyaratan batas usia yang sudah lebih dari 35 tahun.
Di momen Hari Guru Nasional 2020, dia tak berharap banyak ke pemerintah, hanya ingin agar nasib mereka sebagai guru honorer diperhatikan.
“Tentunya agar bisa lebih sejahtera dan maksimal dalam menjalankan tugasnya mendidik generasi penerus bangsa,” pungkas Agus. Ndhie.