Intinya untuk sebuah peringatan atau penghargaan kepada salah satu tokoh besar yang berjasa buat bangsa dan negara maka di buatlah jalan tersebut,” ujar Tatang…
Kota, Wartatasik.com – Kesemerawutan penataan Kota Tasikamalaya khususnya di jalan H.Z Musthofa dan di tempat lain termasuk jalan jalan terusan, mencerminkan ketidaktegasan atau mandulnya Pemkot.
Hal itu menjadi biang ketidakyamanan dan kemacetan tinggi akibat dari beralihnya pungsi trotoar jalan yang di sulap jadi lahan parkir, termasuk pedagang kaki lima, plus pedagang kambuhan pada waktu waktu tertentu (menjelang hari raya misalnya).
Seniman Kota Tasikmalaya Tatang Pahat menyebut, munculnya hal tersebut bersamaan dengan dalih dalih pembenaran, entah mengatasnamakan masyarakat, kelompok atau organisasi.
Celakannya kata Tatang, ini sudah belangsung bertahun tahun, namun persoalan ini kelihatannya pemerintah adem adem saja, tidak sadar bahwa pembiaran ini justru akan menjadi tras di masyarakat.
“Mari kita liat satu elemen saja persoalan sepanjang jalan HZ Musthofa, banyak sekali menabrak aturan yang hubungan dengan hak masyarakat pengguna jpejalan kaki, hak distabilitas (mereka juga bayar pajak),” ucap Tatang, Sabtu (05/06/2021).
Apalagi lanjut Tatang, kalau dilihat dari kaca mata estetika dan budaya, sangat merusak pandangan mata sekalius citra Tasikmalaya.
Munculnya nama jalan HZ Musthofa tentu saja hasil kajian panjang yang melibat beberapa ahli mulai dari akademisi, sejarawan, dan tokoh tokoh masyarakat.
“Intinya untuk sebuah peringatan atau penghargaan kepada salah satu tokoh besar yang berjasa buat bangsa dan negara maka di buatlah jalan tersebut,” ujar Tatang.
Perlakuan pemerintah (yang punya aturan), selayaknya berbanding lurus sosok yang begitu mengharumkan Tasikmalaya terhadap jalan KHZ Musthofa, lebih jauhnya harus menjadi kebanggaan masyarakat Tasikmalaya bukannya menjadi sumber masalah.
“Tidak seperti di kota kota lain Jakarta misalnya dengan jalan Tamrinya, Jogyakarta dengan Maliaboronya, Bandung denga Asia Afrikanya dan masih banyak lagi,” tegas Tatang.
Menurutnya, pensikapan pemerintah setempat kepada jalan jalan tersebut ada perlakuan, khusus karena sadar bahwa jalan jalan yang mempunyai kandungan sejarah, dapat menjadi magnet buat citra pemerintah dimana jalan jalan itu berada.
“Miris Melihat keberadaan jalan HZ. Musthofa dari setiap sudut syarat dengan masalah, adanya jalan ini bukan kebanggan yang di dapat tapi persoalan persoalan yang di dapat inilah yang menjadi soal. Naif memang!,” cetusnya.
Tatang meminta, kiranya sudah waktunya kota Tasikmalaya untuk memikirkan solusi guna mengatasi masalah perlu keseriusan untuk menangani persoalan ini.
“Jka tidak ada perobahan jangan harap Kota Tasikmalaya bisa menjadi kota yang nyaman, indah dan maju. Sebaliknya akan menjadi kota yang semrawut kumuh dengan tingkat premanisme yang tinggi,” tuturnya.
Sejatinya, jika persoalan ini tidak teratasi dengan sisa waktu periode kepemimpinan Budi-Yusuf yang tidak lama lagi. Tidak menutup kemungkinan masuk ke tahun kontestasi 2024. Menegaskan kehadiran pemerintah Kota Tasikmalaya yang di nahkodai Budi-Yusuf jelas inpoten!
Terakhir jelas Tatang, kembalikan lagi pungsi jalan HZ Musthofa pada jalan semestinya, trotoar sebagaimana mestinya untuk masyarakat pejalan kaki yang di dalamnya termasuk di dalamnya untuk masyarakat penyandang distabilitas.
“Utamanya bahu bahu jalan jangan di jadikan parkir dan areal pedagang kaki lima tentu saja termasuk menyakut jalan Cihideung (red),” paparnya.
Sebaliknya, jika pemerintah membiarakan dan atau pembiaran maka jangan salahkan dis harmonis di masyarakat wajar kalai premanisme merebak, pungli swasta dan berseragam berkeliaran.
“Tata ulang jalan HZ Musthofa termasuk Cihideung biarkan menjadi “magnet,” (meminjam pendapat irwan supriadi iwok) buat kebanggaan masyarakat Tasikmalaya. Ini bisa terjadi Kalau Pemerintah Kota Punya Wibawa. Sialaaan!,” pungkasnya. Redi