Kota, Wartatasik.com – Satu lagi, hasil dari kontestasi politik kemarin (Bupati/Wakil Bupati Tasikmalaya) merupakan sebuah peristiwa luar biasa, yaitu proses belajar yang dibangun atas dasar penyatuan kehendak di masyarakat untuk mengusung pemimpinnya.
Menurut Budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat, intinya keinginan menuju kesempurnaan tatanan masyarakat lewat kenyataan adanya pemimpin sebagai pembuat kebijakan, demi kepentinga rakyat dan atas nama keharmonisasian kehidupan bermasyarakat.
Ia menyebut, hakekatnya, mengungkap kehendak-kehendak, kepada ke-khusuan untuk membangun peradaban dan kesempurnaan di masyarakat yang berbudaya serta bermartabat.
“Satu sisi Bupati dan wakil bupati sebagai alat penyadaran bahwa nilai sebuah peristiwa atau kejadian di masyarakat. Kenyataan bahwa persoalan yang berkembang sebaliknya jauh panggang dari api, ” ucap Tatang, Kamis (16/09/2021).
Ia melanjutkan, tidak terelakan paska pelantikan yang terjadi prilaku aji mungpung, bukanya memikirkan atau merealisasikan janji janji politik ketika kampanye yaitu “demi kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya. Tapi, malah sebaliknya muncul kesan lupa atau pura-pura lupa.
Tatang menyindir, fenomena ini menghiasi headline di media-media baik medsos dan cetak. Padahal, peristiwa ini secara makrokosmos, mengganggu dan mengkristalkan stigma negative kepada pemimpin yang selama ini terkesan negative di mata masyarakatnya.
“Jangan salahkan masyarakat sebaliknya masyarakat mendambakan budaya politik yang berkonsep tanpa menyakiti hati nurani rakyat,” tegasnya.
Tatang menjelaskan, rakyat atau masyarakat adalah kumpulan abjad abjad, partai politik (politisi). Dalam hal ini legislatif adalah sebaris kata, sedangkan pemerintah (Bupati/Wkil Bupati) sebagai Eksekutif adalah rangkaian kalimat.
“Jika abjad, kata dan kalimat menyatu dalam bejana musyawarah, maka akan membentuk sebuah paragraf yang indah tentu, di dukung oleh eksekutif yang legowo,” ungkap Tatang.
Sebaliknya kata ia, jika bejana musyawarah ter atau didistorsi alias terkontaminasi terlebih eksekutif ikut campur tangan dengan atas nama kepentingan sendiri, terlebih kelompok dan krona kroninya dan atau atas nama apapun.
“Maka jangankan abjad tertata menjadi sebuah paragraf kalimatpun tidak akan bisa dibaca dan abjad abjad jatuh bahkan pecah berhamburan tanpa makna,” pungkasnya. Asron.