Kab, Wartatasik.com – Komunitas Hawa Inspira mengulas gagasan pergerakan keperempuanan serta isu utama pada berbagai persoalan global yang berlangsung di Joh Caffe Kabupaten Tasikmalaya.
Kegiatan diskusi gagasan tersebut dihadiri lima orang pegiat pergerakan perempuan dari ragan latar belakang komunitas/keorganisasian yang berbeda.
Diantaranya, dua Punggawa Rumah Aktifis Institute Kab. Tasikmalaya, Tuan Andri Nurkamal dan Bung Fahmi Wahyudin sebagai partner gerakan diskusi yang berjalan mengalir dan hangat.
Sepanjang diskusi, kader-kader muda tersebut berbagi keresahan dan pengalamannya dalam mengembangkan dan menghidupkan berbagai jawaban atas keresahan yang terjadi di masyarakat.
Pasalnya, arah perubahan masyarakat secara luas tidak bisa dikatakan baik. Salah satu gejalanya, komponen penggerak di masyarakat mengalami kegagapan yang disebabkan kebingungan identitas.
“Sebagai masyarakat muslim, akar permasalahan utamanya dapat ditunjukan dengan sholat,” tutur Tuan, Minggu (24/01/2021).
Sementara itu, Andri Nurkamal atau yang akrab disapa Tuan Andanu dalam mukaddimah diskusinya menuturkan, sholat yang merupakan tiangnya agama itu terdiri dari dua aspek utama yaitu bacaan (yang maknanya merujuk pada bahasa, retorika, dan dialektika teoritis) serta gerakan (yang maknanya merujuk pada aktivitas/gerakan nyata).
“Tegaknya sholat tidak bisa hanya dengan salah satu unsurnya saja. Sebagaimana tegaknya suatu peradaban juga tidak bisa hanya sekedar retorika saja ataupun gerakan sembrono saja. Maka simultansi dari keduanya sangat diperlukan,” beber Tuan Andanu
Ditempat sama, Bung Fahmi Wahyudin menyampaikan, bahwa sebuah peradaban tidak pernah lepas dari terbangunnya budaya literasi.
“Refleksi juga menyinggung keringnya pergerakan peremuan yang mumpuni, sementara perempuan diantara target semua perusakan yang terjadi dari zaman ke zaman,” tutur Bung Fahmi.
Diskusi tersebut meruncing pada bahasan soal ruang-ruang kontribusi agar perempuan aktif mengembangkan modal keilmuan sesuai dengan porsinya.
Puan Nurul Hikmah, salah satu partisipan Hawa Inspira menyebutkan, bahwa dari masa ke masa perempuan yang mengambil peran dan memberikan pengaruh di ruang publik memang tidak pernah banyak.
Namun kata Puan, harus selalu ada yang mengambil bagiannya, bukan untuk menyaingi pergerakan laki-laki, tapi justru untuk saling berjalan melengkapi dan saling membangunkan diantara perempuan.
“Semoga hadirnya Hawa Inspira tidak hanya ada dan dibentuk saja, namun mampu menawarkan gagasan-gagasan akan persoalan yang terjadi pada dunia perempuan pada zamannya,” pungkasnya. Wan.K