Referensi, Wartatasik.com – Tulisan ini merupakan intisari dari webinar dengan judul yang sama yang telah dilaksanakan bulan Juni 2020 yang lalu. Idenya berawal dari success story China dalam merajai produksi ikan air tawar dengan budidaya massal ikan-ikan herbivora. Dari aspek penyediaan pakan, ikan herbivora memiliki kelebihan mampu menekan biaya pakan karena dapat tumbuh dan berkembang dengan pakan berbasis hijauan, yang notabene harganya lebih murah dibandingkan dengan pakan berbasis protein hewani yang mahal harganya.
Berbicara tentang hijauan, Indonesia sebagai negara tropis memiliki megadiversitas jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Misalnya dari jenis tanaman air, Indonesia memiliki banyak sekali jenis tanaman air yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan aternatif ikan, terutama untuk pakan ikan herbivora. Daun apu-apu, Azolla pinata, Spirodella, Lemna sp sampai eceng gondok, merupakan tanaman air yang tumbuh subur dan berpotensi (sebagian sudah) menjadi gulma dalam perairan kita. Di lain pihak, tanaman air tersebut memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ikan herbivora.
Lemna sp ; Potensi Altenatif Pakan Ikan
Diantara semua tanaman air, Lemna sp merupakan salah satu jenis yang sudah sangat familiar di Indonesia. Lemna atau sering disebut dengan istilah duckweed adalah tanaman air yang banyak tersebar di perairan Indonesia. Beberapa jenis Lemna yang terdapat di alam diantaranya : Lemna perpusilla dan Lemna minor. Lemna banyak tumbuh di perairan yang tenang dan terlindung dari angin. Tanpa pemanfaatan yang baik, keberadaannya dalam perairan mengancam sebagai gulma. Di lain pihak kelimpahan Lemna sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pakan ikan Dalam sistem budidaya yang terkendali, Lemna dapat menghasilkan panen sebanyak 10-30 ton DM/ha/thn.
Gambar 1. Lemna sp yang dibudidayakan
Kandungan nutrisi Lemna yang baik, memiliki potensi manfaat yang banyak sebagai sumber protein nabati dalam pakan ikan. Lemna mempunyai kandungan protein berkisar 10–45 %, serat 7-14%, karbohidrat 35%, lemak 3-7%, dan kandungan vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Kandungan hara dalam jaringan keringnya (dalam mg/kg): N60.000, P 5.000-14.000,K 40.000, Ca10.000,Mg 6.000, Na 3.250, dan Fe 2.500; (FAO, 2009). Di beberapa negara lain, tanaman dari family Lemnaceae ini telah banyak digunakan sebagai pakan tambahan untuk ikan, ayam,dan bebek di beberapa negara di Asia seperti Thailand, Bangladesh, dan India. Bahkan dengan semakin berkurangnya lahan untuk memproduksi rumput, Lemna mulai dimanfaatkan sebagai pakan hijauan pada pakan sapi. Dibandingkan dengan jenis tanaman air lainnya, Lemna mengandung serat kasar paling rendah dan memiliki tekstur daun hingga akar yang lunak. Hal ini yang selanjutnya menyebabkan Lemna memiliki tingkat kecernaan yang tinggi bila digunakan sebagai pakan. Beberapa hasil penelitian menggunakan Lemna sebagai sumber protein dalam pakan menunjukkan hasil yang baik.
Beberapa hasil penelitian menggunakan Lemna sebagai sumber protein dalam pakan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Penelitian Nekoubin dan Sudagar (2013) menunjukkan pemberian 20% Lemna sp. segar pada ikan grass carp menghasilkan laju pertumbuhan spesifik 0,55% yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol hanya 0,33%. Sulawesty dkk. (2014) menunjukkan bahwa pemberian Lemna menghasilkan laju pertumbuhan spesifik ikan mas (Cyprinus carpio L) sebesar 2,00±0,09% Penelitian kombinasi 75% pelet+25% L. perpusilla segar pada ikan nila menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak 30,95 gram yang tidak berbeda nyata dengan pemberian pakan pelet 100% (Ilyas dkk. 2014).Pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pemberian 20% tepung lemna terfermentasi menghasilkan nilai total konsumsi pakan yaitu 170,01±9,25 g, efsiensi pemanfaatan pakan (EPP) sebesar 78,82±4,75%, efesiensi protein rasio (PER) sebesar 2,49±0,15% dan laju pertumbuhan relatif (RGR) sebesar 4,60±0,31%/hari (Asriyanti dkk, 2018). Sedangkan metode pemberiannya pada ikan, disarankan dalam bentuk dikeringkan terlebih dahulu dan dicampur dengan pakan lain. Hal ini karena pemberian Lemna dalam bentuk segar akan membuat ikan mudah cepat kenyang karena kandungan airnya yang tinggi dan FCR yang tinggi (nilainya sekitar 11-12) (Firdaus, 2017)
Integrated Lemna Farming
Salah satu syarat suatu bahan atau sumber hayati dapat dikategorikan sebagai pakan alternatif adalah kontinuitas terjaga dan volumenya memenuhi untuk menyokong kegiatan budidaya. Menjawab kebutuhan tersebut, konsep industri budidaya Lemna sebagai sumber pakan maupun energi telah berkembang di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Belanda. Di beberapa tempat telah terdapat budidaya massal Lemna dalam tambak-tambak yang mampu menyokong kegiatan agrokompleks (perikanan, peternakan), sekaligus sebagai sumber energi terbarukan. Sementara di Indonesia, pada umumnya penyediaan Lemna masih bergantung pada penyediaan di alam, walaupun ada yang membudidayakan Lemna skalanya masih terbatas untuk penyediaan kegiatan agrokompleks individual.
Pengembangan budidaya Lemna terintegrasi dengan kegiatan agrokomplek pernah diiniasi oleh Rumah Energi. Unpad pada tahun 2016-2018 menjadi bagian dari konsorsium penelitian bersama beberapa perguruan tinggi di Indonesia dan Hivos, untuk menguji produksi Lemna sp dalam integrasi budidaya dengan kegiatan pertanian dan peternakan. Konsep pengembangan Lemna pada kegiatan ini dilakukan dengan mengintegrasikannya pada kegiatan agrokompleks lain, seperti perikanan, peternakan dan peternakan, sehingga menjadi alur energi yang tidak menyisakan limbah (zero waste process) (Gambar 1).
Gambar 1. Konsep Integrated Farming Sederhana
Gambar 1 menjelaskan bahwa limbah dari peternakan sapi, kotoran domba atau kambing juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biogas sebagai sumber energi mandiri keluarga, yang kemudian akan menghasilkan limbah berupa bioslurry. Bioslurry ini selanjutnya akan berfungsi untuk pupuk pada budidaya tanaman, ataupun Lemna sp, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan. Demikian selanjutnya aliran energi itu akan terus dimanfaatkan pada level trofik yang berbeda sehingga menghasilkan sumberdaya yang murah, sekaligus ramah lingkungan.
Semoga gagasan ini menginspirasi kita untuk mengembangkan tanaman air untuk memperkuat lini produksi ikan air tawar kita, khususnya ikan herbivora.
Oleh :
Yuli Andriani
Staf Pengajar Departemen Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran