SERANG, Wartatasik.com – “Dulu kalau mau buang air kami sering di sawah, pulang kalau mau ‘cebok’,” ujar Artanti sambil tertawa malu saat ditanya tempatnya dan keluarga buang air besar ketika rumah mereka di Kampung Jaha, Desa Pagar Agung, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Banten belum memiliki MCK (mandi, cuci, kakus).
Artanti yang mengaku lahir dan dibesarkan di Kampung Jaha tersebut mengakui jika masyarakat di daerahnya memang banyak yang belum memiliki MCK, terutama kakus. Sehingga tak heran, setiap mau buang air besar mereka selalu mengungsi mencari tempat pembuangan ke sawah terdekat.
Menurut Artanti, kondisi perekonomian keluarga mereka yang saat itu belum memungkinkan membuat MCK harus diterimanya dengan lapang dada.
“Karena itu, rutinitas BAB ke sawah sudah bukan menjadi hal yang aneh. Nggak bau kalau sudah biasa,” ujarnya tersenyum.
Ia mengakui, saat hamil tua ia bahkan pernah BAB tengah malam ke sawah, “Untuk penerangan, ya bawa senter lah sambil ditemani emak,” ujarnya.
Agar tidak merasa takut, Artanti mengaku selalu membawa telepon genggam setiap BAB ke sawah sebagai hiburan selama BAB.
Karena itulah, begitu keluarganya mendapatkan informasi mendapatkan bantuan MCK, Artanti mengaku keluarganya sangat bersyukur dan gembira.
“Waktu dengar dapat bantuan Alhamdulillah, udah gak harus ke sawah lagi,” pungkasnya.
Hal serupa juga disampaikan penerima bantuan MCK lainnya, Subika. Wanita berusia 50 tahun ini mengaku ia dan suaminya memang harus ke sawah setiap hendak buang air besar. “Di sawah sana buang air besarnya, jauh,” ujarnya.
Tapi, lokasi tempat pembuangan hajat yang dimaksud ternyata tempat yang terbuka, tanpa ada bilik pembatas. Karena itu, Subika mengaku harus mencari pohon sebagai tempat buang hajat agar tidak terlihat orang lain yang lewat.
“Dibalik pohon pinggir sawah kalau BAB nya,” ujarnya sambil tertawa. Menurut Subika, ia dan suaminya sebenarnya berniat membuat WC sendiri, tapi karena tidak mempunyai uang rencana itu harus mereka kubur dalam-dalam.
“Wong Bapa gak kerja, cuma ngangon kerbau kakaknya makanya ga ada uang buat kakus. Kalau ngangon kerbau, kalau kerbaunya beranak dua nanti yang satu buat kami,” ujarnya.
Klik berita terkait :
Mensos Salut Langkah Kemanusiaan Serikat Media Siber, Risma: SMSI Bangun Peradaban
Karena itulah ia mengaku sangat gembira, rumahnya dibantu dibuatkan MCK. “Terima kasih sudah dibantu. Kalau dulu kan harus ke sawah, sekarang sudah bisa di rumah aja,” ujar Subika ditemui di halaman rumahnya, Sabtu (06/02/2021).
Kegembiraan adanya bantuan MCK buat warga Kampung Jaha ternyata bukan hanya dirasakan para penerima bantuan saja. Markani, warga yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan tidak mendapatkan bantuan juga mengaku ikut gembira karena sawahnya yang biasa dijadikan tempat pembuangan hajat warga sekarang jadi bersih.
“Alhamdulillah sawah saya bersih jadinya, gak kotor kena ‘ininya’ warga,” ujarnya tertawa. Markani mengaku prihatin terhadap kondisi para tetangganya yang tidak mempunyai MCK sehingga harus buang air besar sembarangan.
Sebenarnya kasihan melihat tetangga kalau belum punya WC katanya, kalau buang BAB sembarangan, jadi kelihatannya kagak enak, tapi gimana gitu, Sebagai pemilik sawah, Markani mengaku setiap hari harus melapangkan dada setiap kali melihat kotoran manusia di sawahnya.
Markani mengaku sangat bersyukur pada Hari Pers Nasional (HPN) 2021, SMSI membantu para warga dengan program bakti sosial. Apalagi, selain MCK, ruas jalan kampung mereka juga ikut dibangun.
“Lumayan jalan jadi bagus, enggak becek, enggak licin karena sudah diaspal. Dulu jalannya keliatan kumuh, sekarang sudah bagus. Terima kasih SMSI sudah bantu kami,” ujarnya. Redaksi