Referensi – Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah pesisir yang luas dan keanekeragaman hayati yang tinggi.
Luasan hutan mangrove di Indonesia pada tahun 2009 tercatat seluas 3.244.018, 460 Ha dan di Jawa Barat 7.932, 953 Ha (www.dishut. jabarprov.go.id).
Sekitar 202 jenis spesies mangrove telah teridentifikasi dan tumbuh dengan subur, salah satunya Rhizophora mucronata.
Bagian dari tanaman mangrove adalah propagule, yaitu buah mangrove yang telah mengalami perkecambahan yang berfungsi sebagai alat regenerasi.
Melimpahnya propagule mangrove merupakan potensi alami yang dapat dimanfaatkan dalam dunia perikanan, baik sebagai tambahan pakan dan fungsi lain sesuai kandungan yang terdapat didalamnya.
Biologi dan Kandungan Nutrisi Propagul
Jenis mangrove Rhizopora mucronata dikenal dengan beberapa nama daerah yaitu bakau, bakau gundul, bakau genjah dan bangko.
Tanaman ini banyak ditemukan pada daerah berpasir serta daerah pasang surut air laut, biasa dijumpai di tempat yang berlumpur seperti muara dan tepi vegetasi mangrove.
Tanaman mangrove dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m (Murdiyanto 2003). Klasifikasi tumbuhan mangrove (R. mucronata) menurut Duke (2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Mytales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizopora mucronata
Alat regenerasi propagul jenis mangrove Rhizophora dikenal dengan sebutan propagul yang merupakan gabungan dari buah Rhizophora dan kecambahnya (hipokotil).
Hipokotil yang berfungsi sebagai cadangan makanan bagi buah mangrove ini, telah ke luar dari buahnya. Spesies ini dapat hidup pada berbagai tinggi permukaan tanah dengan tinggi mencapai hingga 25 m. Mangrove memiliki buah yang telah berkecambah yang disebut propagul.
Propagul biasanya ditemukan menggantung pada mangrove yang dapat ditemukan di sepanjang pantai, sayangnya propagul belum dimanfaatkan secara optimal.
Propagul mangrove terdiri dari tangkai, kelopak buah, bakal daun (plumula), buah, keping buah, hipokotil dan radikula.
Propagul berbentuk memanjang dan masih ada bentuk buah yang melekat pada kecambahnya atau biasa dikenal sebagai hipokotil. Hipokotil ini berfungsi sebagai cadangan makanan bagi propagul untuk tumbuh (Priyono 2010).
Bila ditinjau dari kandungan gizi, propagule memiliki kandungan protein yang rendah dan serat kasar yang tinggi. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui nilai nutrisi yang terkandung di dalam propagul mangrove. Hasil analisis terdapat pada Tabel 1 dibawah ini.
Namun kelebihan lain dari propagule adalah hampir semua bagian tanaman Rhizophora sp. termasuk propagul juga mengandung bahan aktif. Menurut Purwaningsih et al. (2014) propagul mangrove R. mucronata mengandung flavonoid, tanin, fenol hidroquinon, dan saponin yang yang bersifat antimikroba, antiinflamasi, antioksidan serta bersifat sebagai detoksifikasi racun dan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.
Beberapa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam propagule mangrove diantaranya adalah alkaloid, terpenoid, flavonoid, steroid, tanin dan lain-lain.
Hal itu dikuatkan oleh Kordi (20212) yang menyatakan bahwa mangrove kaya akan senyawa anti mikrobial yang terdapat pada mangrove diantaranya alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, steroid, tanin dan saponin.
Fermentasi Propagul
Propagul mangrove sebagai bahan pakan memiliki kekurangan seperti mengandung serat kasar yang tinggi, serta kandungan protein yang rendah.
Berdasarkan hal tersebut, kendala utama dari pemanfaatan propagul yaitu tingginya kandungan serat kasar yang kurang baik untuk pencernaan dan dapat menghambat pertumbuhan terutama pada benih ikan.
Berbagai pengolahan terhadap bahan pakan berserat tinggi telah banyak dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, seperti pengolahan secara fisik, kimia, dan biologi atau kombinasinya (fermentasi) (Pamungkas 2011).
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan melibatkan mikroorganisme.
Produk terfermentasi umumnya mudah diurai secara biologis dan mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari bahan asalnya (Winarno dan Fardiaz 1980), mengubah rasa dan aroma yang tidak disukai menjadi disukai dan mensintesis protein.
Manfaat lain dari fermentasi adalah bahan pakan menjadi lebih tahan disimpan dan dapat mengurangi senyawa racun yang dikandungnya, sehingga nilai ekonomis bahan dasarnya menjadi jauh lebih baik (Pamungkas 2011).
Jenis kapang yang digunakan untuk fermentasi propagul adalah Aspergillus niger. Fermentasi dilakukan agar propagul hasil fermentasi dapat digunakan sebagai bahan pakan dengan nilai bahan aktif yang tinggi untuk pakan ikan.
Pemanfaatan propagul mangrove hasil fermentasi A.niger diharapkan dapat meningkatkan potensi propagul mangrove sebagai bahan pakan alternatif yang dapat memberikan pengaruh untuk pertumbuhan untuk ikan.
‘Pemanfaatan Mangrove dalam Pakan Ikan’
Beberapa penelitian dilaporkan telah melakukan uji coba pemberian propagule terfermentasi sebagai pakan beberapa jenis ikan, seperti ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele (Clarias gariepinus) (Nur Falah, 2016; Zakiyah, 2016). Hasil pengujian progagul mangrove sebagai pakan ikan adalah sebagai berikut :
Tingkat Kelangsungan Hidup
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan propagule pada beberapa tingkat penambahan dalam pakan ikan.
Bila ditinjau dari nilai kelangsungan hidup pada penelitian diatas, secara umum nilai kelangsungan hidup benih ikan sangat baik (diatas 80%). Propagul mampu menopang kelangsungan hidup ikan karena banyaknya enzim ekstraseluler yang dihasilkan pada saat fermentasi sehingga memperbaiki kandungan tepung propagul menjadi lebih baik dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.
Perlman (1979) dalam Purwanti (2012) menyatakan bahwa enzim ekstraseluler yang dihasilkan didalam sel mikroba dan dikeluarkan dari sel ke medium fermentasi untuk menghidrolisis dan mendegradasi komponen kompleks substrat menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mudah larut dan lebih mudah diserap oleh mikroba, selanjutnya akan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba itu sendiri.
Sehingga pertumbuhan mikroba menjadi lebih baik dan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kandungan protein substrat sebagai protein sel.
Selain itu, propagul mangrove mengandung senyawa antioksidan. Antioksidan berfungsi sebagai pelindung dari berbagai macam penyakit yang akan menyerang ikan serta menyebabkan aroma pakan tetap terjaga yang disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa yang merupakan produk akhir dari reaksi autooksidasi (Priyanto 2012).
Menurut Haitami (2011), senyawa-senyawa seperti flavonoid, alkaloid, polifenol dan fenolat ini dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan ikan, meningkatkan kualitas air, mengobati penyakit ikan serta mengendalikan hama pada ikan.
Laju Pertumbuhan Harian
Berdasarkan hasil penelitian pada ikan nila dan lele, penambahan tepung propagul fermentasi pada pakan benih ikan lele dumbo dan ikan nila memberikan respon yang baik pada pertumbuhan, ini terlihat dari peningkatan rata-rata bobot individu benih ikan pada setiap perlakuan seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.
Berdasarkan hasil penelitian pada ikan nila dan ikan lele dumbo, tampak bahwa penambahan tepung propagul fermentasi hingga 10% tidak menimbulkan dampak negatif terhadap laju pertumbuhan.
Nilai laju pertumbuhan harian benih ikan lele dumbo diduga karena menurut Purwanti (2012), pada proses fermentasi, kapang A. niger menghasilkan produk enzim yang dapat mendegradasi serat kasar.
Adanya perubahan pada kadar serat kasar setelah fermentasi mengindikasikan produksi enzim dan pertumbuhan kapang sehingga bekerja meminimalisir kandungan serat kasar dan karbohidrat dalam pakan. Hasilnya adalah memberikan nilai laju pertumbuhan harian yang cukup tinggi.
Penambahan persentase tepung propagul fermentasi dalam jumlah banyak akan menurunkan laju pertumbuhan. Hal ini diduga karena kandungan karbohidrat yang terdapat didalam pakan melebihi yang dibutuhkan oleh ikan, kandungan karbohidrat yang tinggi mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut.
Menurut Agustina et al. (2010) ikan membutuhkan 10-20% karbohidrat didalam pakannya. Oleh karena itu kandungan serat kasar yang tinggi kurang dimanfaatkan oleh ikan lele yang bersifat omnivora namun lebih tendensi karnivora sehingga kurang efektif mencerna polisakarida dibanding spesies ikan herbivora (Agbabiaka et al. 2011).
Sehingga semakin bertambah penambahan tepung propagul mangrove akan semakin rendah pula nilai laju pertumbuhannya akibat kandungan karbohidrat dalam pakan yang semakin meningkat.
Penulis : Yuli Andriani
Departemen Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran