Kota, Wartatasik.com – Kota Tasikmalaya ternyata tidak hanya memiliki potensi di bidang budi daya perikanan, tapi juga hewan lebah untuk memproduksi madu. Budi daya lebah madu di Kota Santri memang belum banyak diketahui dan dikenal masyarakat luas. Padahal, aktivitasnya sudah berlangsung cukup lama. Salah satu di antaranya dijalankan oleh Kelompok Tani “Teratai” di Kp. Sindangsuka, Kelurahan Gunung Gede, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya.
Kelompok ini dirintis sejak tahun 1999 silam, dan hingga kini masih terus membudidaya lebah memproduksi madu asli tanpa campuran bahan apapun sehingga kualitasnya terjamin dan berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh. Madu Tasik ini tak kalah hebat dengan madu produksi luar daerah. Hal itu dibuktikan dengan tingkat pemasarannya yang sangat luas sampai ke kota-kota besar di Indonesia.
Hasil dari budi daya lebah madu ini cukup menjanjikan, apalagi jika digali dan dikembangkan. Sekarang ini saja, produksi madu asli yang dihasilkan oleh Poktan tersebut banyaknya mencapai kwintalan dalam setiap bulannya. Namun, masih kurang kalau dikaitkan dengan permintaan pasar. “Sebulan rata-rata kami menjual dua kwintal. Itu pun kadang masih kurang untuk memenuhi permintaan,” terang Ketua Kelompok Tani Lebah Madu Teratai Dede Yanti, Rabu (24/01/2018).
Dede menjelaskan, madu yang dijualnya merupakan hasil dari budi daya lebah lokal dan lebah jenis Apis Trigona atau lebah klanceng (Teuweul). Harganya bervariatif, mulai ukuran botol besar hingga kecil. “Untuk madu lebah teuweul harganya tiga kali lipat karena khasiatnya lima kali lipat lebih bagus dari madu lebah lokal biasa,” sebut Ia.
Dalam sekali panen, lanjut Dede, hasil yang didapat biasanya tak lebih dari satu botol kemasan besar. Itu dalam satu kotak kandang ternak. Sementara, pihaknya memiliki 150 kotak sehingga jika disatukan bisa menghasilkan lumayan banyak. Lamanya waktu untuk memanen berkisar dua minggu atau sebulan tergantung banyaknya pakan bunga di lingkungan sekitar.
“Kalau lagi musim banyak bunga di pepohonan sekitar bisa panen dua minggu, tapi jika kurang paling sebulan. Beda dengan lebah teuweul, waktu panennya lebih lama karena jenis dan tempatnya berbeda, kandang ternak pun menggunakan bambu, tidak dalam kotak seperti lebah lokal. Alhamdulillah, sampai sekarang budi daya ini masih terus berjalan dan semoga bisa lebih berkembang lagi,” harapnya.
Kemudian, Perintis Kelompok Tani Lebah Madu di Kota Tasikmalaya, Ateng Jaelani mengungkapkan, hingga sekarang jumlah budi daya tersebut tidak banyak. Sepengetahuannya, hanya ada dua tempat yang lokasinya di wilayah Kelurahan Gunung Gede dan Urug (Kelompok Tani Lebah Madu Mekarwangi), itu pun hasil rintisannya dari sejak daerah Tasikmalaya belum terpisah.
Dirinya berharap, budi daya lebah madu bisa berkembang dan dijalankan di setiap wilayah kelurahan guna meningkatkan produksi madu asli hasil kelompok tani Tasikmalaya sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dan kebutuhan konsumsi masyarakat luas khusunya warga Kota Tasikmalaya. Asron