Melestaraikan Tradisi Mahasiswa KKN-T MBKM Kelompok 25 Mengikuti Doa Bersama di Makam H. Abdul Wahab yang Bertempat Kelurahan Kepanjen Kidul..
Referensi – Setiap daerah tentunya memiliki tradisinya masing-masing, begitu juga dengan Kelurahan Kepanjen Kidul Kota Blitar. Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan adalah doa bersama atau pengajian di makam leluhur yaitu H. Abdul Wahab.
Tradisi ini selain untuk melestarikan budaya namun juga untuk mengenang jasa-jasa para leluhur khususnya H. Abdul Wahab, yang telah membantu mendirikan dan membangun Keluruhan Kepanjen Kidul dan Kepanjen Lor.
Doa bersama dilakukan setiap Jumat Legi, yaitu tanggal 35 dalam kalender Jawa atau sekitar 40 hari sekali. Tepat pada hari Kamis, 16 Maret 2023 Mahasiswa KKNT MBKM Kelompok 25 UPN Veteran Jawa Timur ikut serta dalam acara doa bersama di makam H. Abdul Wahab yang berlokasi di Jl. Srigading Utara No.29, Kepanjen Kidul, Kec. Kepanjenkidul, Kota Blitar, Provinsi Jawa Timur.
Doa bersama tersebut dipimpin oleh seorang kyai dan dihadiri oleh Toga atau Tomas Kepanjen Kidul dan Kepanjen Lor. Pada doa bersama yang diadakan tersebut Mahasiswa Kelompok 25 KKNT MBKM UPN Jawa Timur turut mengikuti rangkaian acara mulai dari pembacaan yasin dan dzikir sholawat lalu dilanjutkan dengan makan bersama.
Selain tradisi rutinan sebagai bentuk penghormatan kepada H. Abdul Wahab karena telah mendedikasikan hidupnya, namun pengajian yang dilakukan juga bentuk penyambutan bulan suci Ramadhan dan hari jadi Kota Blitar ke-117.
Tradisi penyambutan bulan suci Ramadhan yang biasanya dilakukan setiap seminggu sebelum Ramadhan tersebut juga disebut dengan tradisi Unggahan. Pada tradisi Unggahan masyarakat akan membawa satu hingga dua jenis berkatan atau nasi kotak. Isian berkatan biasanya adalah lauk tahu, ayam, mie, serta kue seperti
Sejarah singkat Makam Mbah Haji Abdul Wahab yang berlokasi di Jalan Sakura ini di yakini sebagai Cikal Bakal Akal Bakal atau orang yang pertama tinggal/babat di Kelurahan Kepanjenkidul.
Dan Yang kedua adalah Makam Joyodigdan yang berlokasi di jalan Melati Kota Blitar, ini adalah seorang Patih Kadipaten Blitar dan pernah berjuang melawan penjajah Belanda bersama-sama Pengeran Diponegoro.
Mengenai asal-usul Kelurahan Kepanjenkidul masih ada beda pendapat diantara para pinisepuh; menurut sumber dari warga terdekat dengan makam Mbah Haji Abdul Wahab memberikan informasinya sebagai berikut.
Alkisah sekitar abad 17 ketika Kadipaten Blitar dipimpin oleh seorang Adipati dari tanah Mataram yang bernama Raden Mas Panji, pada zaman itu lingkungan pemerintahannya orang menyebut kawasan Kepanjen. Pada Saat Raden Mas Panji memerintah di Kadipaten Blitar, wilayah kerjanya dipecah menjadi dua kawasan yaitu kawasan Kepanjenlor dan Kepanjenkidul.
Nah di kawasan Kepanjenkidul inilah terdapat makam kuno, semacam makam keluarga, lokasinya sekarang di Jl. Tirtonadi/Gg Pesarean, persisnya disebelah utara rel kereta api, yang dikenal Makam mBah Haji Abdul Wahab.
Semasa hidupnya H. Abdul Wahab berwasiat kepada para santri, teman dan kerabatnya bahwa sewaktu-waktu beliau meninggal dunia agar makam beliau digali membujur kebarat-ketimur, kepala ada dibarat dan kaki ada disebelah timur.
Sebenarnya, dulu banyak makam-makam disekeliling makam Mbah Haji Abdul Wahab, tetapi karena tanah pekarangan tersebut adalah milik pribadi seseorang dan karena perkembangan zaman, maka makam-makam tersebut musnah karena pembangunan rumah pemukiman warga.
Cerita para pinisepuh Makam Mbah Haji Abdul Wahab ini sudah ada sejak Raden Mas Panji memerintah di Kadipaten Blitar. Dibuktikan pada saat Gunung Kelut meletus tahun 1800-san jimat Raden Mas Panji yaitu Pecut Samandiman di hentakkan ke tanah maka lahar dari gunung kelut tidak mengenai kedatonnya (pendapa-nya).
Begitu juga makam Mbah Haji Abdul Wahab, lahar gunung kelutpun tidak kuasa melalui makam beliau. Jadi Makam Mbah Haji Abdul Wahab ini ada sebelum Raden Mas Panji memerintah Kadipaten Blitar. **
Penulis: Mahasiswa Kelompok 25 KKN-T MBKM
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur