Kota, Wartatasik.com – Sungguh miris kejadian yang dialami Putri Nuroktaviani (11) anak pasangan Dewi (43) dan Ade Sugianto (43) warga komplek Perum Mega Mutiara Tasik Regency Jln Kujang blok F 56. Rt 05/ Rw 09. Desa Cibunigeulis, Kec Bungursari Kota Tasikmalaya.
Putri merupakan korban tabrak lari di Jalan Pasanggrahan depan Komplek Perum tersebut pada Selasa 03 Nopember 2020) lalu.
Kronologisnya, korban berniat hendak ke rumah temannya menggunakan sepeda motor matic, namun pada saat di TKP yang kebetulan situasi sangat sepi, terjadilah tabrakan yang di sinyalir oleh R4 dari belakang.
Putri terpental menabrak pagar hingga tempurung kepalanya pecah dan harus dibawa ke Rumah Sakit Swasta yang berada di Kota Tasikmalaya, Selasa (17/11/2020).
Pada saat ditemui di rumahnya Dewi orang tua korban mengatakan, saat kejadian posisi memang sangat sepi jadi pihaknya tidak mendapatkan saksi atau bukti si penabrak.
Namun Dewi tanya ke anaknya dan menyebut ada mobil yang menabraknya dari arah belakang, hingga terpental dan kepalanya membentur pagar.
“Langsung saya larikan ke RSUD namun UGD rumah sakit tersebut sedang tutup entah kenapa. Tanpa pikir panjang langsung, saya larikan juga anak saya ke rumah sakit swasta, tetapi tidak menerima pembiayaan melalui BPJS, akhirnya demi keselamatan Putri saya apapun yang ada di rumah kami jual habis,” bebernya.
Sampai saat ini kata Dewi, ia masih sangat bingung karena harus kemana lagi meminta pertolongan untuk biaya nanti, karena harus ada operasi yang ke dua yaitu pemasangan tempurung kepala dan operasi kaki.
Sedangkan terang Dewi, isi rumah sudah habis dan itupun milik adiknya. Sementara itu, ayah Putri seorang korban PHK akibat adanya Covid 19 ini yang dulu bekerja karyawan pabrik di Jakarta.
“Sekarang hanya buruh serabutan terkadang kami berjualan baju milik orang lain di Dadaha, itupun hanya waktu waktu libur saja. Untuk makan sehari hari pun, kami kesulitan apalagi untuk biaya operasi yang kedua nanti membutuhkan biaya mencapai Rp 100 juta rupiah, belum termasuk operasi kakinya,” jelasnya.
Dewi merasa aneh kepada pihak lembaga kesehatan, pasalnya pada saat ia konfirmasi untuk biaya kedepan ternyata BPJS menyebut jika data miliknya sudah terblokir, sehingga harus ke Dinas Kependudukan dulu agar bisa diaktifkan kembali.
Namun tambah Dewi, pada saat ia datangi Kecamatan dan Dinas Kependudukan, ternyata datanya tidak bermasalah dan masih aktif. Dewi pun berharap dan mohon kepada BPJS agar tidak mempersulit demi pembiayaan putrinya.
“Saya berharap pertolongan orang orang baik ataupun kepada Bapak/Ibu Pejabat semoga terketuk hatinya untuk menolong putri kami” pungkasnya sambil menangis. AH.