Jakarta, Wartatasik.com – Kebutuhan menyambut kedatangan bulan Ramadan yang bersambung dengan lebaran memang tidak sedikit. Banyak orang yang kelimpungan menutup kebutuhan-kebutuhan seputar perayaan tahunan tersebut.
Walaupun sudah ada Tunjangan Hari Raya (THR), acapkali THR tersebut juga tidak mampu mencukupi beragam kebutuhan hari raya akibat laju kenaikan harga barang yang luar biasa.
Tak dapat dimungkiri, di Indonesia sendiri ada dua waktu yang rawan terjadi inflasi. Pertama, setiap masuk bulan suci Ramadan dan Lebaran Idul Fitri. Kedua, akhir tahun dan awal tahun baru. Pada kedua waktu tersebut, selalu terjadi kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang membebani konsumen.
Mungkin Anda sudah menghitung berapa persis kebutuhan dana tunai agar bisa menutup kebutuhan seputar Ramadan, Mudik, dan lebaran. Bersyukurlah jika Anda memiliki sumber dana atau pendapatan memadai untuk menutup seluruh kebutuhan tersebut.
Lalu bagaimana jika kondisi kantong tetap tidak memadai untuk menutup seluruh kebutuhan Ramadan dan Lebaran? Bolehkah melirik opsi pinjaman atau berutang?
Sebenarnya, prinsip keuangan yang sehat tidak menyarankan Anda untuk berutang bila tidak sangat terpaksa. Alasannya, utang untuk kebutuhan seputar lebaran bersifat konsumtif. Bukan utang produktif. Karena itu, alangkah bijaknya jika utang menjadi opsi terakhir yang Anda pilih jika sudah tidak ada jalan lan untuk menutup kebutuhan.
Oleh karena itu, bila saat ini Anda tengah menimbang opsi berutang untuk menutup kebutuhan seputar Ramadan, Mudik, dan Hari Raya, perhatikan dulu hal-hal yang berikut ini:
1. Audit Anggaran
Sebelum memutuskan berutang, pastikan Anda sudah memeriksa pos anggaran mana saja yang membuat kebutuhan keuangan Lebaran menjadi bengkak. Periksalah satu per satu dan lakukan penghematan yang memungkinkan.
Misalnya, bila ternyata pos pembelian oleh-oleh Lebaran sebenarnya tidak ada sumber dana, Anda tidak perlu memaksakan diri membeli oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman.
Begitu juga dengan anggaran mudik. Bila pulang ke kampung halaman ternyata sangat menguras uang sampai memaksa berutang, ada baiknya Anda menimbang ulang rencana tersebut.
Bersilaturahmi saat ini bisa Anda lakukan melalui berbagai medium. Memakai video call atau telepon, mungkin sudah memadai. Berlebaranlah sesuai kemampuan saja.
2. Manfaatkan aset yang mudah dilikuidasi
– Bila saat ini Anda punya emas, mengapa Anda tidak mempertimbangkan untuk menggadaikan perhiasan emas untuk mendapatkan pinjaman?
– Atau bila harga emas saat ini sedang tinggi, inilah saatnya menjual perhiasan guna merealisasikan keuntungan dari investasi Anda.
– Cairkan hasil pengembangan dana deposito Anda selama ini.
3. Berutang boleh, asalkan…?
Jika upaya pangkas sana-pangkas sini sudah dilakukan untuk menghemat anggaran, namun ternyata sumber dana yang Anda miliki tetap tidak berhasil menutup kebutuhan selama Ramadan dan Hari Raya, utang memang bisa menjadi jalan darurat. Namun ingat, lakukan itu saat kondisi sangat terpaksa.
Namun begitu, saat akan mengambil pinjaman, Anda harus memperhatikan dan mempersiapkan beberapa hal berikut ini:
– Miliki rencana pelunasan yang jelas dan pasti. Misalnya, Anda berutang sekian juta rupiah untuk mudik, pastikan Anda sudah punya sumber dana pelunasan saat utang jatuh tempo. Sebagai contoh, tahun ini Anda mencairkan utang pada pertengahan Ramadan, yaitu awal Juni. Lalu, Anda berencana melunasinya 2 bulan ke depan saat bonus di tempat kerja dijadwalkan cair. Tepati rencana itu dengan tepat.
– Bila pembayaran pinjaman yang Anda ambil berupa cicilan, pastikan bahwa nilai cicilan tersebut tidak melampaui 30 persen dari penghasilan rutin Anda.
4. Menimbang Pinjaman tanpa Agunan
Sebaliknya, jika Anda tidak memiliki aset yang bisa dilikuidasi, Anda bisa menimbang pinjaman tanpa agunan. Carilah yang bunganya paling murah. Namun, tentu tetap dengan mempertimbangkan prinsip sehat dalam berutang.
Ada banyak sekali opsi pinjaman di pasar. Di antaranya:
– Ambil kredit tanpa agunan
– Atau kredit dengan agunan
– Tarik tunai kartu kredit
sumber: Liputan6.com | Wartatasik.com