Kabupaten, Wartatasik.com – Tercatat telah 61 tahun lamanya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) membumi dan melangit. PMII sebagai organisasi mahasiswa selalu hadir dan tak melewatkan setiap perjuangan dan sejarah kebangsaan.
Nuril Huda PK PMII STIE Cipasung mengatakan PMII telah melahirkan banyak kader sebagai calon pengisi tatanan kehidupan kini dan masa yang akan datang.
“Semakin besar nama PMII harus diimbangi dengan pendistribusian kader militan, kreatif dan kolaboratif untuk dapat produktif diberbagai lini sektor bukan hanya kuantitas yang tersebar dipenjuru daerah saja,” ujarnya, Sabtu (17/04/2021).
Katanya, PMII jangan sampai tenggelam dan kehilangan ghiroh pergerakannya sebagai aspek fundamental oleh isu pragmatism dan tendesius pada politik praktis opportunis.
“Mengingat pada sejarah deklarasi murnajati bahwa independensinya PMII dari NU adalah bentuk pemisahan dari partai politik ketika saat itu NU masih menjadi partai dan perlu disadari bersama bahwa PMII adalah organisasi kemahasiswaan yang menjunjung independensi,” katanya.
Namun disayangkankan lanjut Nuril, keterlibatan sebagian orang atau kader yang merasa nyaman pada zona
pragmatisme malah membawa standar yang menggores PMII sebagai organisasi pencetak politisi-politisi partai, mengglarifikasi kader terbaik adalah kader yang mampu menembus kelas elitis.
“Hingga kekuasaan menjadi peperangan antar kerabat. Para kader hari ini harus melek bahwa masih banyak lakon yang harus diisi untuk merepresentasikan kebesaran PMII, bukan hanya tentang kekuasaan sebagai pimpinan,” imbuh nuril.
Lebih lanjut Nuril menekankan, kader PMII harus mampu menghadapi dunia professional terlebih dihadapkan dengan tantangan jaman seperti era masyarakat ekonomi asean yang menekan bahwa bukan hanya warga Indonesia saja yang bersaing melainkan warga asing yang telah siap untuk menghadapi medan tempur.
“Kader PMII siap mengisi tatanan dengan speasialis tanpa PMII sebagai jati diri dalam berpikir, bersikap dan bertindak Meskipun kita tahu bahwa PMII bukanlah organisasi bursa kerja, namun lebih elok ketika berkembang dan berkemajuan dengan heterogenitas potensi yang dimiliki oleh masing-masing kader,” ucapnya.
“Lantas kemudian harus sudah menghapus satu standar idealitas yang hanya mengkerdilkan sebagian kelompok kader yang tidak terwakilkan,” katanya.
Diusia pergerakan yang ke 61 ini, Nuril berharap, semoga lebih memunculkan sumber daya pemimpin transformatif merumuskan stratak yang menjunjung disiplin-disiplin pergerakan bukan yang lihai dalam aktivitas transaksionil.
“Mulai membangun kaderisasi dengan fleksibel melihat keragaman yang harus dijadikan keindahan dalam corak pergerkan kerena PMII butuh banyak warna untuk selalu tergores pada setiap perubahan zaman. Dirgahayu tumbuh subur PMII,” tandasnya. Ndhie