Tasikmalaya, Wartatasik.com – Kesehatan adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya kesehatan, manusia akan terpincang-pincang dalam menjalani kehidupannya. Demi mencapai sehat kembali, manusia akan rela menghabiskan hartanya untuk kembali seperti sedia kala.
Takdir untuk terserang penyakit tidak ada yang tahu. Ketika rasanya sudah menjaga pola hidup sehat, nyatanya masih ada celah untuk terkena penyakit. Hal inilah yang dirasakan oleh Dedi Suhendi, seorang pensiunan PNS guru yang sejak tahun 2022, dirinya harus melakukan hemodialisis atau cuci darah secara rutin.
“Sejak Oktober 2022, saya harus menjalani cuci darah. Awalnya, saya sempat dirawat selama delapan hari di RS Jasa Kartini. Seusai diperiksa, dokter bilang kalo kreatin saya tinggi dan tidak turun-turun sehingga harus menjalani cuci darah,” terang Dedi ketika dikunjungi saat sedang menjalani proses cuci darah di RSUD dr. Soekardjo, Kamis (26/09).
Dia melanjutkan, awalnya dia sempat ragu untuk melakukan cuci darah karena sadar hal ini harus dilakukannya sepanjang hidup. Maka dari itu, dia dan keluarga berembuk bagaimana jalan keluar yang terbaik.
“Akhirnya setelah berembuk, kami memutuskan untuk melakukan cuci darah,” ucapnya.
Ternyata, kerusakan ginjal yang dialami oleh Dedi itu sudah ada sejak jauh hari, tepatnya di tahun 2016. Kala itu, dirinya pernah terlibat kecelakaan lalu lintas sehingga harus dirawat di rumah sakit selama 2 bulan.
“Waktu itu, saya pernah ketabrak dari belakang ketika pulang dari sekolah. Terus, dibawa ke rumah sakit ini (RSUD dr. Soekardjo). Pas dicek, ternyata tulang rusuk saya 7 buah retak dan berefek ke ginjal saya,” tutur Dedi.
Akibat kecelakaan tersebut, dirinya harus sering bolak-balik ke RSUD dr. Soekardjo maupun RS Jasa Kartini untuk perawatan rutin. Bahkan, dia harus merasakan stent yang dipasang pada ginjalnya. Stent yang dipasang pada ginjalnya harus dibuka setiap tiga bulan. Setelah dicek dan dibersihkan, alat itu akan dipasang lagi.
“Saya sering bolak balik ke RS Jasa Kartini saat ada stent di ginjal saya. Kalau tidak salah lima kali saya bolak balik ke sana (RS Jasa Kartini). Ini saya lakukan tentunya ada rekomendasi dari dokter,” beber pensiunan guru PNS tersebut.
Dia membocorkan, sebenarnya dia disarankan untuk melakukan cuci darah juga di RS Jasa Kartini. Namun karena terkendala jarak, dirinya lebih memilih untuk cuci darah di RSUD dr. Soekardjo. Pengalaman yang paling berkesan, lanjut Dedi, tidak ada sepeser pun biaya yang harus dikeluarkan saat melakukan cuci darah karena semua pengobatannya sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
“Gak ada uang yang harus saya keluarkan untuk hal ini (bongkar pasang spent ataupun cuci darah). Semuanya gratis karena sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Bahkan, untuk obat-obatan pun tidak keluar biaya juga,” ungkap Dedi.
Sejak pertama kali terdaftar sebagai anggota BPJS Kesehatan, Dedi mengungkapkan jika dirinya sudah banyak merasakan manfaat dari program jaminan kesehatan dari pemerintah ini. Bahkan, hingga dia harus merasakan cuci darah ini.
“Setiap gajian, uang saya selalu dipotong untuk BPJS Kesehatan. Sampai pensiun sekarang pun tetap dipotong. Alhamdulillah, manfaatnya bisa saya rasakan,” katanya.
Dedi berharap, semoga BPJS Kesehatan dapat terus berbenah dan tetap memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Melihat semakin banyaknya peserta program jaminan kesehatan ini, semoga pelayanan juga tetap adil dan berimbang.
“Saya mengajak semua masyarakat untuk bisa mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan ini. Banyak manfaat yang bisa dirasakan ketika menjadi peserta BPJS Kesehatan. Saya sudah merasakannya dan berharap yang lain juga bisa merasakannya,” tutup Dedi. JamkesNews