Sengat Ratusan Wisatawan di Pantai Cilacap dan Gunung Kidul, Waspada Jenis Ubur-ubur Berbahaya

Serangan yang disebabkan ubur-ubur api jauh lebih berbahaya dibanding ubur-ubur biasa | dokNet

Jakarta, Wartatasik.com – Dilansir BeritaSatu.com bahwa serangan ubur-ubur semakin sering terjadi di beberapa wilayah pantai di Pulau Jawa.

Terbaru, ubur-ubur menyerang ratusan wisatawan yang datang ke pantai Teluk Penyu, Cilacap dan pantai selatan Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Kondisi itu mengkhawatirkan karena jenis ubur-ubur yang menyerang masuk dalam kategori berbahaya. Surisdiyanto, anggota SAR Satlinmas Korwil II Baron melaporkan sebanyak 165 wisatawan dilaporkan tersengat ubur-ubur, dengan dua di antaranya harus segera dirawat di rumah sakit karena mengalami sesak napas.

“Kami menangani kejadian ini dengan fokus pada anak-anak yang dominan jumlahnya. Pada bulan ini, terjadi migrasi ubur-ubur yang terdampar di pantai akibat arus laut yang tidak menentu,” ujar Surisdiyanto.

Berdasarkan penelusuran Beritasatu.com, Selasa (23/7/2024) ubur-ubur yang menyerang adalah Portuguese man o’war atau yang di Indonesia dikenal sebagai ubur-ubur api.

Dinamakan man o’war Portugis karena bentuk hewan ini dianggap mirip dengan kapal perang Man of War milik Portugis di abad ke-18. Ciri khas mereka adalah memiliki bagian yang tampak seperti balon, biasanya berwarna biru atau keunguan transparan, serta sulur panjang yang tampak seperti tentakel.

Meski terlihat mirip ubur-ubur, hewan ini sebenarnya tidak termasuk jenis ubur-ubur. Sebenarnya mereka tidak berenang. Melainkan mengapung bersama arus laut, yang mungkin menjadi alasan mengapa man o’war banyak terdampar selama musim gugur atau musim dingin ketika angin laut bertiup kencang.

“Firasat saya ada pergeseran musiman dalam angin pasang, arus, atau frekuensi badai musim dingin yang menciptakan arus darat yang mendorong hewan-hewan tersebut ke pantai,” kata William Graham, direktur Institut Oseanografi Florida, seperti dikutip Miami Herald.

Yang membuat man o’war sangat mengganggu adalah untaian tentakel dan polipnya yang panjang. Tentakel itu mengandung nematokista yang berisi racun. Tentakel itu kadang menjuntai di bawah permukaan air dan panjangnya lebih antara 10-33 meter, untuk menangkap dan melumpuhkan ikan-ikan kecil, krustasea, dan mangsa lainnya.

“Meskipun sengatan man o’war jarang mematikan bagi manusia, sengatannya sangat menyakitkan dan menyebabkan luka lecet pada kulit yang terpapar,” kata William Graham. Red

Berita Terkait