Kota, Wartatasik.com – Upaya Wali Kota Tasikmalaya dalam meminimalisir penyebaran corona virus disease 19 (covid19) intens dilakukan dengan sterilisasi tempat dan fasilitas umum melalui penyemprotan disinfektan.
Selain itu, melalui Surat Edaran (SE) Wali Kota Tasikmalaya masyarakat diminta social distancing atau berdiam diri dirumah untuk mengurangi aktifitas.
Namun, keputusan tersebut menjadi dilema bagi masyarakat kalangan menengah bawah yang mengharuskan tetap keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Salah satunya Ani Suryani pedagang gorengan dan kios dipinggir jalan Ir H Djuanda Kota Tasikmalaya, ia memilih tetap berjualan meskipun keadaan dalam keadaan siaga karena sumber rejekinya hanya dari berdagang saja.
“Gimana lagi kalau kita tutup selama waktu 14 hari, mau makan dari mana? sedangkan sumber pecarian makan kita dari berjualan sehari-hari,” ujarnya, Selasa (24/03/2020).
Ani mengakui, setelah adanya surat edaran satu pekan lalu langsung berdampak pada penurunan omset namun ia tetap berusaha untuk dagang karena tidak punya pilihan lain.
“Mengalami penurunan juga, sudah mah kadang nombok buat modal dan sekarang turun. Tapi tetap berusaha ‘ngeureuyeuh’ karena kita mah beda dengan kaum gaji, mereka bisa santai gak keluar rumah juga tetep dibayar tiap bulanya,” cetus Ani.
Ia meminta, jika memang misalnya harus diliburkan berjualan, tentunya juga harus ada penggantinya, agar dapat mematuhi surat edaran tersebut.
“Kalau ditutup lama gak bakalan bisa, tapi kalau sehari untuk penyemprotan atau pembagian masker sih, silahkan aja,” katanya.
Di tempat sama, Iwan Ridwan salah seorang driver ojek online (ojol) menyebut, jika saat ini ia sepi orderan penumpang, karena hanya sedikit masyarakat yang memakai jasanya.
“Kalau penumpang sekarang sudah berkurang, karena mereka tidak kemana-mana terlebih lagi sekolah libur, palingan juga yang pesen makanan dan itu pun jarang,” turunnya.
Iwan berharap wabah ini cepat berlalu dan kembali normal serta pemerintah melihat masyarakat ekonomi menengah kebawah untuk mencari solusi yang terbaik.
Iwan menambahkan, mungkin dibutuhkan juga perhatian pemerintah jika memang harus melockdown masyarakat kaum menengah kebawah,
“Coba tolong cari solusi buat kami untuk menutupi kebutuhan sehari hari yang kadang dapat uang kadang tidak. Jadi jangan cuma memikirkan/meminimalisir wabah penyakit globalnya saja, tolong juga fikirkan nasib keseharian kami, karena ini urusannya sama perut istri dan anak2 kami,” tegasnya. Suslia