Uu Ruzhanul Sebut Hari Pahlawan sebagai Momentum Jas Hijau, yakni mengingat peran ulama yang turut berjuang di masa kemerdekaan…
KOTA BANDUNG, Wartatasik.com — Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, peringatan Hari Pahlawan pada 10 November menjadi momentum untuk mengenang sejarah perjuangan bangsa. Berkaitan hal ini, ada singkatan “Jas Merah” dari pidato Bung Karno berjudul “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” yang melekat di benak masyarakat.
Bagi Kang Uu, Jas Merah tersebut mencakup jasa para pahlawan –baik yang tercatat secara resmi maupun tidak– yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia.
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah, karena hidup ini tidak lepas dari masa lampau. Dan hadirnya kebaikan sekarang tidak lepas dari kebaikan jasa para orang terdahulu,” ucap Kang Uu dalam keterangan resminya, Selasa (10/11/20).
Meski begitu, selain Jas Merah, Kang Uu juga menyoroti pentingnya “Jas Hijau” alias “Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama”. Slogan tersebut menggambarkan peran besar umat Islam dan para ulama/kiai di Tanah Air dalam perjuangan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama. Ulama bergerak dan berjuang itu memiliki multidimensi, di samping memperjuangkan (hal) yang bersifat duniawi, tetapi juga memperjuangkan yang bersifat ukhrawi (akhirat),” tutur Kang Uu.
Selain turut berjuang secara fisik, sosok yang juga Panglima Santri Jabar ini menilai, para ulama dan kiai turut berjasa dalam membentuk karakter dan jiwa serta kepribadian bangsa Indonesia.
“Termasuk salah satu pendiri negara kita, WR Supratman, menyatakan bahwa bangunlah jiwanya, bangunlah badannya,” ujar Kang Uu merujuk lagu kebangsaan Indonesia Raya.
“Oleh karena itu, saya berharap bukan hanya Jas Merah, tetapi Jas Hijau pun harus menjadi perhatian seluruh pihak,” pesannya.
Berkaitan Jas Hijau di momen Hari Pahlawan Tahun 2020, maka Kang Uu juga berharap agar semakin banyak ulama atau kiai yang bisa dinobatkan sebagai pahlawan nasional, salah satunya KH Muhyiddin atau Mama Pagelaran, pendiri Pondok Pesantren Pagelaran di Kabupaten Subang dan sekitarnya yang turut melawan penjajahan lewat dakwah dan perjuangannya.
“Jadi harapan kami kepada tim yang diberikan tugas oleh negara dalam penilaian (penetapan pahlawan nasional), jangan hanya (diberikan kepada) yang berjasa terhadap duniawi saja, tapi Jas Hijau (ulama/kiai) pun harus menjadi perhatian. Karena kalau tidak ada jasa para kiai dan ulama, mungkin Indonesia tidak akan seperti ini,” tegas Kang Uu.
“Karena jasa para ulama, maka dasar negara Pancasila ini bisa menjadikan pemersatu di negara kita. Pancasila itu mampu menyatukan berbagai macam agama, menyatukan berbagai macam suku, bermacam ras dan karakter,” tambahnya.
Kepada para generasi penerus bangsa, Kang Uu juga berpesan agar mereka bisa menjadikan para tokoh nasional sebagai teladan dalam mencintai Tanah Air serta meningkatkan nasionalisme, kebangsaan, dan persatuan.
“Jangan menjadi generasi yang hedonisme dan egois. Jadilah generasi yang bermanfaat untuk kemaslahatan nusa dan bangsa, jangan menjadi generasi pengekor, jangan menjadi generasi operator, dan jangan menjadi generasi provokator,” ujar Kang Uu mengakhiri. HUMASJABAR | EQi