Kota, Wartatasik.com – Dalam upaya melaksanakan penanganan kawasan bebas kotor dan kumuh, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (Perawaskim) Kota Tasikmalaya mengikuti acara Lokakarya di Bandung sebagai inplementasi Program Kotaku beberapa waktu lalu.
Lokakarya itu membahas tentang penertiban penataan pemukiman kumuh. Sebagaimana dikatakan Kabid Permukiman Dinas Perawaskim Sofian Zaenal M. S.STP kepada Wartatasik.com mengatakan, di Kota Tasikmalaya ada dua wilayah yang masuk skala nasional dengan memiliki kawasan diatas 20 hektar yakni di Cipedes dan Panyingkiran.
“Dalam kesempatan itu kami sampaikan tiga segmen ke Pemerintah pusat diantaranya penataan bantaran sungai Panyingkiran, Cipedes RW 7 RW 8, Penataan Kampung Payung Geulis serta Ecogreen di Cipedes. Dan Alhamdulilah semua segmen itu disambut baik oleh pemerintah pusat,” katanya, Jumat (23/11/2018)
Namun kata Sofian, setelah tiga segmen itu diajukan, pemerintah pusat memberikan rekmondasi agar membuat masterplan dulu, segmennya jangan terpisah-pisah, agar penanganannya komperehensif.
“Selain itu ada salah satu syarat yang harus dipenuhi yaitu Pemkot harus membuat Detail Engineering Design (DED) dulu. DED merupakan kewajiban Pemkot, kita akan lelang, agar 2019 nanti cepat terealisasi,“ tuturnya.
Ia mengaku bahwa se-Jabar ada lima daerah kabupaten/kota yang mendapatkan bantuan yaitu Kab. Cirebon, Kab Ciamis, Kota Tasik, Kota Bogor dan Kota Bandung.
Diterangkan Sofian, korelasi penataan kampung Payung Geulis karena keberadaan produksinya di kawasan kumuh, makanya Dinas Perawaskim memasukannya ke program Kotaku.
“Apalagi menurut Pemerintah Pusat, program Kotaku tak sekedar fokus penataan kumuh tapi apa yang bisa dilihat oleh masyarakat sebagai nilai jual, perubahan dampak jadi bagus tertata,” ujar Sofian.
Sehingga, menurut Sofian, bisa jadi destinasi wisata kedepannya serta mengangkat icon budaya wisata lokal sehingga bisa membangkitkan perekonomian masyarakat. “Jadi bukan hanya sekedar menangani kumuhnya saja, tapi juga mengangkat icon agar jadi destinasi, mengangkat ekonomi warga, angkat budaya lokal,“ tambahnya lagi.
Sofian menambahkan, dulu bantuan program Kotaku dibatasi sampai Rp. 12 Miliar, namun sekarang anggarannya bebas karena projek per tahun berlanjut, “Ini bukan pekerjaan mudah tapi Insyaallah, jika bersama-sama mensukseskan program Kotaku, Kota Tasikmalaya bebas dari kawasan kumuh dan kehidupan ekonomi di masyarakat akan meningkat,“ pungkasnya. Asron.