Nasional, Wartatasik.com – Helm bukan hanya sekadar dijadikan alat salah satu perangkat keselamatan saat berkendara sepeda motor. Beberapa orang menilai bahwa helm merupakan hasil dari sebuah karya seni. Tak jarang, banyak dijumpai helm yang memiliki bentuk menarik, dan tentunya berkualitas.
Hal tersebut dilihat sebagai salah satu peluang usaha oleh sebagian orang. Salah satunya adalah Oki Nandiwardana. Pria asal Solo itu sukses mendirikan usaha mandiri di bidang pembuatan helm. Bahkan, helm buatannya itu banyak diminati dan telah melanglang buana hingga luar negeri.
Meski produk buatannya telah dikenal di luar negeri, rupanya usahanya itu justru mendapat kendala oleh aturan di negaranya sendiri. Helm handmade usahanya itu ternyata belum mendapatkan label Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan Indonesia. Memang, pasar Internasional melihat dari sudut yang berbeda dengan aturan yang ditetapkan Indonesia. Di luar negeri helm handmade usaha Oki dipandang sebagai barang yang memiliki nilai seni tinggi.
Usaha Oki merintis usaha pembuatan helm sebenarnya berawal dari ketaksengajaan. Semuanya bermula dari hobinya mengendarai motor klasik atau motor custom. Oki sempat kesulitan memilih helm yang sesuai gayanya. Akhirnya, ia berinisiatif untuk membuat helm sendiri sesuai dengan karakter dan seleranya.
Helm pertamanya selesai diproduksi pada tahun 2015 dan diberi nama Trooper. Helm tersebut kemudian dipakai untuk dirinya sendiri. Saat itu belum terpikir olehnya memproduksi helm untuk dipasarkan.
Helm yang sering dikenakan itu tak disangka mendapat apresiasi. Banyak orang yang kemudian berminat dengan helm buatannya. Menanggapi hal itu, Oki kemudian bekerja keras memproduksi helm. Pria lulusan Modern School of Design (MSD) Jogja itu kemudian mengajak beberapa rekannya ikut serta dalam usahanya itu.
Agar produk buatannya itu terlihat layak dan menarik, Oki bersama rekan-rekannya banyak melakukan eksperimen dan percobaan. Mulai penggunaan barang loak hingga melakukan pengamatan terhadap desain helm-helm yang ada untuk dikembangkan menjadi sebuah inovasi. Hal itu membuatnya menjadi terbiasa dengan inovasi sesuai dari apa yang telah di dapat dari pengamatannya.
Tantangan terbesar bagi Oki dan rekan-rekannya dalam pembuatan helm itu adalah proses pengerjaan yang cukup lama. Hal tersebut dikarenakan setiap tahapan pembuatan dilakukan secara manual. Bahkan, untuk sebuah helm membutuhkan waktu pengerjaan 3-4 minggu.
Bentuknya yang unik, Trooper milik Oki pun mendapatkan dukungan dari Bekraf. Helm itu itu pun pernah diikutsertakan dalam ajang Indonesian Kustom Kulture Festival. Bahkan, berkat ajang tersebut Trooper diundang untuk ikut-serta dalam beberapa pameran yang diselenggarakan di berbagai dunia. Tercatat, Trooper pernah mengikuti pameran di Malaysia, Amerika, hingga Eropa.
Ironisnya, produk buatan Oki yang telah dikenal di luar negeri itu justru mengalami hambatan di negaranya sendiri. Pasalnya, produk Trooper miliknya dikabarkan belum mendapatkan label SNI. Pihak terkait mengatakan bahwa masih terdapat beberapa aspek yang dinilai belum memenuhi standar persyaratan.
Meski demikian, tak lantas membuat Oki bersama rekannya berhenti. Sebab dirinya yakin bahwa Trooper miliknya layak dipasarkan. Sebab tidak hanya dibuat unik, helm tersebut sudah melalui tahap droptest untuk mengukur tingkat ketahanannya. Selain itu, helm tersebut juga dilengkapi sistem pengikat DD Ring, sehingga aman saat digunakan.
Dari usaha kerasnya, Oki mampu meraup keuntungan hingga Rp 50 juta perbulan. Meski belum memiliki label SNI, helm buatannya dijual dengan harga mulai dari Rp 600 ribu hingga Rp 1,4 juta.
Pemerintah seharusnya turut andil dalam memberikan dukungan usaha yang dilakukan Oki baik dari segi materi maupun secara teknis. Dengan memperoleh label SNI tentu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha tersebut dan juga nama Indonesia. Terlebih produk buatan Oki sudah tembus pasar Internasional. kumparan.com | wartatasik.com